UJIAN
AKHIR SEMESTER LANDASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
1. Di
dalam definisi TP tahun 1994 tercantum 5 (lima) kawasan TP, sedangkan di dalam
definisi TP 2008 hanya 3( tiga) saja. Apa komentar anda dalam hal ini?
Jawaban:
Tahun
1994 AECT mengeluarkan definisi lagi yang ditulis oleh Seels dan Richey dalam
buku Instructional technology: The definition and domains of the field.
Menyebutkan “instructional technology is the thory and practice of design,
development, utilization, management, and evaluastion of process and resources
for learning” (Seel dan Richey, 1994). Teknologi Pembelajaran adalah teori
dan praktek dari perancangan pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan
evaluasi pada proses dan sumber untuk belajar.
Definisi
Teknologi pembelajaran 1994 merupakan teori dan praktek dalam desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan
sumber untuk belajar.Definisi ini mengandung pengertian semakin memperkokoh
teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang garapan dan profesi, yang
perlu didukung oleh landasan teori dan praktek. Definisi ini juga
berusaha menyempurnakan domain atau kawasan bidang kegiatan teknologi
pembelajaran melalui kajian teori dan penelitian. Di samping itu, definisi ini
berusaha menekankan pentingnya proses dan produk.
Definisi
terbaru tahun 2008 merupakan pengembangan dari kawasan sebelumnya, dan
tiap kawasan berlanjut perkembangannya. Definisi 2008 sudah lebih
spesifik karena menekankan pada studi & etika praktek. Berikut
definisi Teknologi Pendidikan dari AECT Tahun 2008 “Educational Technology
is the study and ethical practice of facilitating learning and improving
performance by creating, using, and managing appropriate technological process
and resources”. Teknologi Pembelajaran adalah studi dan etika praktek untuk
memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan,
penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi.
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, khususnya dalam bidang
pendidikan, psikologi dan komunikasi maka tidak dapat dipungkiri perkembangan terhadap definisi teknologi pendidikanpun
tidak dapat terelakkan,di masa akan
datang teknologi pembelajaran akan semakin terus berkembang menjadi suatu disiplin ilmu dan profesi yang
dapat lebih jauh memberikan manfaat bagi pencapaian efektivitas dan efisiensi
pembelajaran. Definisi yang diwarnai dengan konsep kawasan Teknologi Pendidikan adalah
suatu tujuan yang berorientasi pada pendekatan sistem pemecahan masalah
memanfaatkan peralatan, teknik, teori, dan metode dari berbagai banyak bidang
pengetahuan, yakni untuk:
a.
Merancang, mengembangkan, dan menilai,
efektifitas dan efisiensi sumber manusia dan mesin dalam hal untuk memfasilitasi
dan mempengaruhi semua aspek pembelajaran.
b.
Pedoman untuk perubahan suatu sistem dan
praktek dalam hal untuk menjadi bagian dalam mempengaruhi arus perubahan dalam
kehidupan sosial.
Dari
pengertian TP 1994 dan pengertian TP 2008 sebenarnya konsep kawasannya masih
sama, hanya redaksi bahasanya yang berbeda. Intinya kawasan TP 1994 dengan
kawasan TP 2008 berkesinambungan antara
kedua.
2. Sejarah perkembangan TP sampai tahun 1990 sudah
banyak di bahas. Jelaskan
perkembangan TP setelah 1990 sampai sekarang?
Jawaban:
Pada tahun 1990, satu komputer per anak menjadi yang sangat umum menyangkut urusan di
sekolah-sekolah di Amerika Serikat. Meskipun komputer akhirnya dapat memiliki
dampak besar pada praktek pembelajaran di sekolah, pada pertengahan 1990-an, hanya
dampak kecil. Survei mengungkapkan bahwa pada tahun 1995, meskipun sekolah-sekolah
di Amerika Serikat rata-rata hanya memiliki satu komputer untuk sembilan siswa,
dampak komputer pada praktek pembelajaran sangat minim, dengan sejumlah besar
guru melaporkan sedikitnya penggunaan atau tidak ada komputer untuk pembelajaran.
Selain itu, dalam banyak kasus, penggunaan komputer jauh dari inovatif. Di
sekolah dasar, guru melaporkan bahwa komputer sedang digunakan terutama untuk …
dan praktek; pada tingkat menengah, laporan menunjukkan bahwa komputer
digunakan utama untuk mengajar keterampilan yang berkaitan dengan komputer
seperti pengolah kata (Anderson & Ronnkvi1999; Becker, 1998; Kantor
Technology Assessment, 1995)
Sejak tahun 1995, kemajuan pesat dalam komputer dan teknologi digital
lainnya, serta Internet, telah menyebabkan minat yang meningkat pesat
penggunaannya, media ini di gunakan untuk
tujuan pembelajaran, khususnya dalam pelatihan bisnis dan industri. Sebagai
contoh, sebuah survei terbaru lebih dari 750 perusahaan pelatihan industri
(Bassi & Van Buren, 1999) mengungkapkan bahwa persentase dari pelatihan
yang disampaikan melalui teknologi baru seperti CD-ROM, intranet, dan internet
meningkat kurang dari 6% di tahun 1996 menjadi lebih dari 9% pada tahun 1997
dan diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 22% pada tahun 2000. Survei
lain baru-baru ini melaporkan bahwa pada tahun 1999, 14% dari semua pelatihan
formal disampaikan melalui komputer (“Laporan Industri 1999″, 1999).
Dalam beberapa tahun terakhir, minat dalam menggunakan Internet untuk
tujuan pembelajaran juga telah berkembang pesat dalam pendidikan tinggi dan
militer. Sebagai contoh, antara tahun akademik 1994-1995 dan 1997-1998,
pendaftaran dalam kursus-kursus belajar jarak jauh di lembaga pendidikan tinggi
di Amerika Serikat hampir dua kali lipat, dan persentase institusi yang
menawarkan program pembelajaran jarak jauh meningkat dari 33% menjadi 44%,
dengan 78% dari publik empat tahun lembaga yang menawarkan program tersebut.
Selain itu, sedangkan pada tahun 1995, hanya 22% dari lembaga pendidikan tinggi
menawarkan program pembelajaran jarak jauh menggunakan teknologi internet
berbasis asynchronous, pada tahun akademik 1997-1998, 60% dari lembaga
melakukannya (Lewis. Salju, Farris, Levin, & Greene, 1999). Dalam militer,
pada tahun 2000, Sekretaris Angkatan Darat AS mengumumkan bahwa 5600000000 akan
dihabiskan selama enam tahun ke depan untuk memungkinkan tentara dalam
mengikuti kursus pendidikan jarak jauh melalui Internet (Carr, 2000).
Sejak tahun 1995, ada juga peningkatan yang signifikan dalam jumlah
teknologi yang tersedia di sekolah-sekolah di Amerika Serikat. Sebagai contoh,
hasil survei nasional 1998 (Anderson & Ronnkvist, 1999) mengungkapkan bahwa
sementara pada tahun 1995 rata-rata ada satu komputer untuk setiap sembilan
siswa, pada tahun 1998 rasio tersebut telah dikurangi menjadi satu komputer
untuk setiap enam siswa. Selain itu, persentase sekolah yang memiliki akses
Internet meningkat dari 50% pada 1995 menjadi 90% pada tahun 1998. Namun,
sebagaimana telah terjadi sepanjang sejarah media pembelajaran, peningkatan
kehadiran teknologi di sekolah-sekolah tidak selalu berarti meningkatnya
penggunaan teknologi untuk tujuan pembelajaran. Anderson & Ronnkvist (1999)
juga menyatakan bahwa meskipun jumlah komputer di sekolah telah meningkat,
sebagian besar komputer yang cukup terbatas dalam hal perangkat lunak. Selanjutnya,
mereka menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar sekolah sekarang memiliki
akses Internet, akses siswa ke Internet terbatas di banyak sekolah, beberapa
siswa dapat menggunakannya pada sekolah mereka. Pengamatan ini membuat sulit
untuk memastikan sejauh mana praktik pembelajaran di sekolah-sekolah telah
dipengaruhi oleh adanya peningkatan media.
Terlepas dari ketidakpastian tentang sejauh mana penggunaan media di
sekolah, sebagian besar bukti yang dikutip jelas menunjukkan bahwa sejak tahun
1995, telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam penggunaan media
pembelajaran dalam berbagai pengaturan, mulai dari bisnis dan industri untuk
pendidikan militer dan lebih tinggi. Dalam bisnis, industri, dan militer,
Internet dilihat sebagai sarana memberikan instruksi dan informasi untuk
pelajar secara meluas dengan biaya yang relatif rendah. Selain itu, dalam
banyak kasus, aksesibilitas komputer yang mudah memungkinkan peserta didik
untuk menerima dukungan instruksi dan / atau kinerja (seringkali dalam bentuk sistem
pendukung kinerja elektronik atau sistem manajemen pengetahuan) kapan dan di
mana mereka membutuhkannya, karena mereka melakukan tugas-tugas pekerjaan
tertentu.
Dalam pendidikan tinggi, pendidikan jarak jauh melalui Internet telah
dilihat sebagai metode biaya rendah menyelenggarakan pembelajaran untuk siswa,
karena berbagai faktor (misalnya, pekerjaan dan tanggung jawab keluarga
dikarnakan faktor jarak geografis.). Namun, pertanyaan tentang
efektivitas-biaya dari pembelajaran tersebut masih belum terjawab (Hawkridge.
1999).
Alasan lain bahwa media baru yang digunakan untuk tingkat yang lebih besar
mungkin karena peningkatan kemampuan interaktif dari media. Moore (1989)
menjelaskan tiga jenis interaksi antara agen yang biasanya terlibat dalam
kegiatan pembelajaran. Interaksi ini antara peserta didik dan konten
pembelajaran, antara pelajar dan instruktur, dan di antara pembelajar sendiri.
Sifat media pembelajaran yang umum selama beberapa bagian dari ketiga dua yang
pertama, dari abad lalu (film dan televisi pembelajaran) dipekerjakan terutama
sebagai sarana memiliki peserta didik berinteraksi dengan isi pembelajaran .Sebaliknya,
melalui penggunaan fitur seperti e-mail, chat room dan bulletin board, Internet
sering digunakan sebagai sarana antara peserta didik dengan instruktur dengan
pelajar lain, serta dengan konten instruksional. Ini adalah salah satu contoh
bagaimana beberapa media baru membuatnya lebih mudah untuk mempromosikan,
berbagai jenis interaksi yang digambarkan oleh Moore.
Selain itu, kemajuan dalam teknologi komputer, khususnya berkaitan dengan
meningkatkannya kemampuan multimedia media ini, membuat lebih mudah bagi
pendidik untuk merancang pengalaman belajar yang melibatkan interaksi antara
peserta didik lebih konten pembelajaran daripada sebelumnya. Misalnya, seperti
jumlah dan jenis informasi yang dapat disajikan oleh komputer telah meningkat,
jenis umpan balik serta jenis masalah, yang dapat disajikan kepada peserta
didik telah sangat diperluas. Kemampuan ini meningkatkan pembelajaran menjadi
menarik perhatian banyak pendidik. Selain itu, kemampuan komputer untuk
menyajikan informasi dalam berbagai bentuk, serta memungkinkan peserta didik
untuk mudah mencari link tentang berbagai konten, telah menarik minat perancang
pembelajaran memiliki perspektif konstruktivis. Orang yang sangat peduli dengan
penyajian masalah otentik (mis. “dunia nyata”) dalam lingkungan belajar di mana
peserta didik memiliki banyak kontrol atas kegiatan yang mereka terlibat dalam
dan alat-alat dan sumber daya yang mereka gunakan, menemukan teknologi digital
yang baru lebih akomodatif daripada pendahulunya.
Seperti beberapa contoh dalam beberapa paragraf sebelumnya menunjukkan,
bahwa dalam beberapa tahun terakhir komputer, Internet. dan teknologi digital
lainnya sering digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dan kinerja melalui
beberapa cara non-tradisional. Sebagai contoh, sistem kinerja komputer dibantu
dukungan elektronik. sistem manajemen pengetahuan, dan pelajar-berpusat pada lingkungan
belajar sering berfungsi sebagai alternatif untuk pelatihan atau pembelajaran langsung.
Ketika dampak masa kini media pembelajaran sedang dipertimbangkan, jenis
aplikasi tidak boleh diabaikan. Beberapa contoh Perkembangan
Teknologi yang signifikan dewasa ini. Membuka bidang baru dalam beberapa cara
yang signifikan dalam bidangnya. Contoh dari teknologi saat ini termasuk nanoteknologi, bioteknologi,robotik dan kecerdasan buatan. Integrasi teknologi adalah topik yang berhubungan,
merupakan bidang yang penting, di mana berbagai disiplin ilmu yang menyatu dan
untuk memperluas penyatuan atau mengembangkan berbagai bidang, menuju arah yang
sama. Hal ini dapat dicontohkan sebagai berikut. Dulu komputer belum menjadi
sangat berpengaruh dan media menjadi belum beberbentuk digital, kemudian
disatukan menjadi teknologi yang sangat luar biasa pengaruhnya.
3. Perkembangan
TP terkait erat dengan perkembangan dan inovasi yang terjadi pada teknologi
rekayasa (engineering technology). Jelaskan apa maksud pertanyaan ini dan
berikan contoh- contoh yang mendukung pernyataan tersebut!
Jawaban:
Teknologi rekayasa
adalah bidang studi yang berfokus pada penerapan teknik dan teknologi modern, bukan teoritis.
Rekayasa Teknologi pada umumnya mencakup instruksi dalam berbagai teknik fungsi
dukungan untuk penelitian, produksi, dan operasi, dan aplikasi pada
spesialisasi teknik tertentu.Rekayasa berasal dari penerjemahan kata
‘Engineering’. Arti dari engineering yaitu bidang, seni dan profesi yang
menerapkan teknis, ilmiah dan pengetahuan matematika dalam merancang dan
mengimplementasikan materi, struktur, mesin, peralatan, sistem, dan proses agar
dapat mewujudkan tujuan yang diinginkan.
Engineering merupakan bidang yang
luas sehingga dipecah sesuai dengan bidang masing-masing. Hal ini dapat
dicontohkan di perguruan tinggi kita, antara lain teknik informatika, teknik
industri, teknik kimia, sistem komputer, sistem informasi, teknik sipil, teknik
elektro, desain produk, dan lain-lain. Tetapi meskipun dilatih untuk satu
bidang tertentu, seorang lulusan dalam bidang engineering, pada praktek
dilapangan tentu dihadapkan dengan permasalahan yang multidisiplin.
Teknologi
rekayasa merupakan perubahan pada
revolusi keempat perkembangan TP,
pada revolusi ini berlangsung dengan perkembangan yang pesat dibidang
elektronik. Yang paling menonjol adalah media komunikasi (radio, televisi,
tape, komputer, internet, dll). Dengan pesatnya perkembangan elektronik,
pendidikan mulai difokuskan pada mengajar anak didik tentang bagaimana belajar.
Lumsdaine (1964)
menyatakan tentang pengaruh teknologi dan kerekayasaan dalam bidang teknologi
pendidikan. contohnya, dari kimia ditemukan litografi dan fotografi (yang juga
dipengaruhi optik); dari rekayasa mekanik ditemukan mesin cetak dan peralatan
proyeksi; sedangkan penggabungan dari mekanik, optik, elektrik, dan elektronik
maka dihasilkan gambar hidup, alat perekam, radio, televisi, mesin pembelajaran
dan komputer.
4. Apa
yang di maksud dengan “resource by
design “ dan “resource by utilization”?
Berikan contoh untuk masing- masing 3 buah!
Jawaban :
untuk menjelaskan jenis sumber daya yang tersedia
untuk membantu memfasilitasi pembelajaran, pernyataan definisi 1972 (AECT)
membuat perbedaan berguna antara sumber desain dan sumber daya pemanfaatan:
beberapa sumber daya yang dapat digunakan untuk
memfasilitasi belajar karena mereka dirancang khusus untuk mencapai tujuan. ini
biasanya disebut " bahan sumber pembelajaran". Sumber-sumber lain ada sebagai bagian dari
dunia normal, sehari-hari, tetapi dapat yang ditemukan,diterapkan, dan digunakan untuk
keperluan belajar. ini kadang-kadang disebut "sumber daya dunia
nyata". Dengan demikian, beberapa sumber daya dijadikan sumber oleh desain
dan orang lain menjadi sumber belajar
dengan pemanfaatan pembelajaran. perbedaan ini penting karena itu membuat jelas
posisi "pembelajaran bebas, dunia nyata" sumber desain sebagai
wilayah perhatian untuk teknologi pendidikan.
Tanpa definisi inklusif ini, "sumber dunia nyata
" tidak selalu dimaksudkan untuk penggunaanpembelajaran mungkin bahkan tidak dapat dianggap sebagai
sumber daya. gagasan ini dinyatakan dengan jelas dalam definisi 1994:
"sumber sumber dukungan untuk belajar, termasuk dukungan sistem dan bahan
pembelajaran dan lingkungan sumber daya dapat termasuk apa pun yang tersedia
untuk membantu individu belajar dan melakukan kompeten (seels & richey,
1994) penting untuk menyertakan" sumber pemanfaatan"dalam definisi
saat ini, terutama dengan peningkatan yang signifikan dalam penggunaan sumber
daya dalam lingkungan belajar yang kaya akan jenis informasi. Eksplorasi di program
televisi publik seperti Kitchen Chemistry dan Backyard Geologi, misalnya,
tergantung pada sumber daya yang awalnya tidak dimaksudkan untuk menjadi
pendidikan, seperti baking soda dan cuka. Apakah hal tersebut berupa analog
atau digital, digunakan oleh desain atau pemanfaatan, sumber memainkan peran
integral dalam memfasilitasi belajar dan meningkatkan kinerja.
Berikut ini perbedaan antara resource by design dan
resource by utilization, beserta contohnya:
a.
Sumber belajar yang dirancang (resources by design) ialah sumber belajar yang
secara khusus dirancang dan dikembangkan
sebagai suatu komponen
dalam sistem pembelajaran untuk
memberikan fasilitas belajar yang bersifat terarah.
Contoh : Buku pelajaran,
Modul, CD interaktif tutorial
multimedia.
b. Sumber
belajar yang dimanfaatkan (resources by utilization) yaitu sumber belajar yang tidak didesain
secara khusus untuk keperluan
pembelajaran, namun keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran.
Contoh :
Surat kabar, siaran televisi, perpustakaan, museum, dan lingkungan.
5. Anderson
merevisi taksonomi Bloom tentang hasil belajar dengan:
a. Menggunakan
kata kerja sebagai pengganti kata benda pada taksonomi bloom
b. Menempatkan
“ evaluation” pada tingkatan ke-5 dan mengaganti “synthesis” dengan “create”
dan menempatkannya pada tingkatan ke-6.
Apa
komentar anda mengenai perubahan ini?
Jawaban:
a. Perubahan
dari kata benda ke kata kerja karena taksonomi perlu mencerminkan berbagai
bentuk atau cara berpikir dalam proses yang
aktif . oleh karena itu, kata kerja lebih sesuai daripada kata benda ”misalnya
pengetahuan”, merupakan hasil berpikir bukan cara berpikir, sehingga direvisi
menjadi “mengingat” yang menunjukkan proses berpikir pada tingkat awal.
b. Kunci
perubahan ini terutama terkait dengan termonologi. Menurut Anderson dan
Krathwohl istilah knowledge, comprehension, application dan
selanjutnya tidak menggambarkan penerapan hasil belajar. Oleh karena itu
mengusulkan penggunaan terminologi berbentuk mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, menilai, dan menciptakan . Terminology ini lebih
menggambarkan kompetensi secara spesifik. Kata- kata ini memiliki arti sebuah
kemampuan sebagai hasil dari proses belajar dengan kegiatan,seperti : membaca,
mendengar, melakukan dan sejenisnya.
Dalam
tabel terlihat perbedaan adanya revisi susunan tingkat kompetensi dan
menambahkan satu istilah untuk kompetensi kognitif tertinggi yaitu create.
Anderson dan Krathwohl berasumsi bahwa kemampuan mensintesis
merupakan kompetensi tertinggi karena merupakan akumulasi dari kelima
kompetensi lainnya. Dengan alasan itu mereka memindahkan kompetensi tersebut
pada posisi puncak domain kognitif tapi mengubah istilah menjadi create
(mencipta).
Tabel
taksonomi Bloom dan Anderson
Bloom
|
Anderson
|
Pengetahuan
|
Menigingat
|
Pemahaman
|
Memahami
|
Penerapan
|
Menerapkan
|
Analisis
|
Menganalisis
|
Sintess
|
Menilai
|
Penilaian
|
Mencipta
|
Dapat
disimpulkan bahwa taksonomi revisi Anderson menggambarkan kompetensi hasil
belajar lebih rinci dan komprehensif. Ada baiknya taksonomi ini mulai dipahami
secara mendalam dan diaplikasikan dalam perumusan tujuan pembelajaran.
Diharapkan hasil belajar sampai tingkat tertinggi yaitu kreasi. Hal ini akan
mengarahkan pembelajaran kepada kegiatan-kegiatan nyata yang yang bermakna .
Jangan sampai pembelajaran terus menerus seperti sekarang yang miskin dengan
bukti nyata hasil belajar. Kedepan diharapkan para peserta diuji kelulusannya
tidak hanya berdasarkan nilai ujian tulis melainkan dari produk yang dihasilkan.
6. Kode
etik asosiasi TP (AECT) bagian 1, prinsip 1 dalam tabel 11. 2 berbunyi : in fulfilling obligation to the individual,
the member shall encourage independent action in an individual’s pursuit of
learning and shall provide open access to knowledge regardless of delivery
medium or varying points of view of the knowledge.
Prinsip ini dapat
terkait dengan kode etik tentang penggunaan internet. Internet menyediakan
jenis lingkungan sosial multi dimensi dan kebebasan dalam memperoleh informasi.
Hal ini memang merupakan sesuatu yang diinginkan namun juga sering menimbulkan
masalah.
Jelaskan maksud dari
pernyataan ini dengan memberikan contoh- contoh!
Jawaban :
Kode
etik merupakan sesuatu aturan yang
mengatur perilaku semua pihak yang ikut terlibat dalam disiplin ilmu dan
profesi teknologi pendidikan. Adapun kode etik bertujuan untuk melindungi dan
memperjuangkan kepentingan siswa, melindungi kepentingan masyarakat, bangsa dan
negara, melindungi dan membina diri serta rekan seprofesi, mengembangkan kawasan
dan bidang kajian teknologi pendidikan.
Terkait
dengan kode etik ini dimana salah satu fasilitas/akses untuk memperoleh
pengetahuan adalah internet. Internet memang menjadi hal yang sangat bermanfaat
bagi manusia. Namun internet juga memiliki berbagai keterbatasan. Penggunaan
internet sebagai akses terbuka untuk mendapatkan pengetahuan memang ada
baiknya, dengan memanfaatkan internet kita dapat memperoleh informasi dan
pengetahuan dengan cepat dan membantu mengatasi berbagai masalah belajar,
seperti adanya program e-learning. Namun dengan adanya dampak positif terhadap
pemanfaatan internet, tidak menutup kemungkinan adanya masalah atau dampak
negatif. Berikut penjabaran tentang beberapa masalah
a. kecenderungan
siswa menggunakan internet hanya untuk
bermain game dan chatting.
b. Timbul berbagai macam
kejahatan. Contohnya, pencurian uang di Bank melalui
internet yakni pembobolan kode pin.
c. Pornografi, internet sangat identik dengan yang namanya pornografi.
Dengan adanya kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet,
pornografi pun merajalela. Hal-hal seperti ini banyak merusak moral kalangan
remaja maupun orang dewasa.
Ada
beberapa manfaat dari penggunaan internet sebagai akses untuk memperoleh
pengetahuan :
a. Internet
dapat digunakan sebagai sumber dan media belajar, karena mengandung berbagai
macam informasi
b. Internet
dapat membantu kita untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang bervariasi
c. Internet
menyediakan kesempatan memperoleh informasi sesuai keiinginan
d. Internet
tidak dibatasi ruang, jarak dan waktu sehingga dapat digunakan kapan dan dimana
saja.
e. Adanya
program e-learning membantu mengatasi persoalan pendidikan
f. Hadirnya
pendidikan jarak jauh dan library online sebagai akses untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan.
Disamping
beberapa manfaaat tersebut, dalam penggunaannya sebagai akses dalam memperoleh
pendidikan, diantaranya yaitu :
1. Internet
mengurangi komunikasi face to face, yang biasa ada dalam kelas
2. Banyaknya
orang yang menyalahgunakan internet untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
3. Banyak
orang yang menyalahgunakan internet dengan mengganggap internet sebagai sumber
belajar utama dan selalu benar, contohnya, banyak orang membuat tugas dengan
mengandalkan internet, dan ini menjerumuskan untuk menjjadi plagiat, karena
belum tentu semua informasi yang diposting terbukti kebenarannya.
4. Mengurangi
pengoptimalan kegiatan pembelajaran,
5. Memunkinkan
terjadinya kecurangan dalam pembelajaran
6. Tidak
dapat mengetahui perkembangan peserta didik dengan tepat, contohnya pada
pembelajaran web, dimana materi ajar disampaikan melalui web, dan belum tentu
semua anak mempelajarinya dengan baik, karena tidak ada interaksi langsung
tatap muka antara siswa dengan murid, sehingga menjadi kesulitabn belajar bagi
anak
7. Contoh
lain dalam pembelajaran jarak jauh yang menggunakan modul, ini tidak memberi
jaminan bahwa semua orang akan termotivasi dan mengerti dengan apa yang
tercantum dalam modul, sehingga menimbulkan masalah bagi peserta didik.
7. Di
dalam jenis penelitian ATI, biasanya variabel utama terdiri dari perlakuan. Sedangkan
variabel kedua merupakan karakteristik pembelajaran yang juga berpengaruh
terhadap keberhasilannya dalam belajar. Berikut ini adalah beberapa diantaranya
yang sering dicari pengaruhnya dalam penelitian ATI
Jawaban:
a. Untuk
penelitian pengaruh penggunaan modul, menurut saya karakteristik yang cocok dijadikan variabel kedua adalah minat belajar.
Pembelajaran yang menggunakan modul,
merupakan sistem pembelajaran yang dirancang denagn tujuan siswa dapat belajar mandiri. Dimana peserta didik belajar
secara mandiri sesuai dengan kemampuan belajarnya masing-masing dengan menggunakan
bantuan modul. Minat sangat tepat
dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian, karena minat belajar
peserta didik dalam pembelajaran menggunakan modul sangat menunjang keberhasilannya dalam
belajar.
b. Untuk
penelitian “PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL” Karakteristik yang cocok untuk dijadikan
variabel kedua adalah “kemampuan awal”. Pembelajaran CTL merupakan pembelajaran
yang tidak hanya berpusat pada guru, melainkan peserta didik juga dituntut
keaktifannya selama proses pembelajaran. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajar CTL pada
hasil belajar siswa, maka perlu dilihat bagaimana kemampuan awal yang
dimiliki siswa. Nantinya akan di
bandingkan dengan kemampuan akhir siswa, dengan demikian dapat diketahui apakah penerapan model
pembelajaran CTL berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, atau dengan kata
lain apakah ada interaksi antara penerapan model pembelajaran CTL dengan hasil belajar siswa.
8. Penelitian
pengembangan biasanya menghasilkan produk berupa program atau perangkat
pembelajaran yang dalam pengembangannya dilakukan evaluasi formatif. Jelaskan
aspek apa yang dievaluasi, apa instrumennya dan bagaimana langkah-langkahnya!
Jawaban :
Ø Penelitian
pengembangan
Menurut Gay
(1990) Penelitian Pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu
produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan untuk menguji teori.
Sedangkan Borg and Gall (1983:772) mendefinisikan penelitian pengembangan
sebagai berikut:
Educational
Research and development (R & D) is a process used to develop and validate
educational products. The steps of this process are usually referred to as the
R & D cycle, which consists of studying research findings pertinent to the
product to be developed, developing the products based on these findings, field
testing it in the setting where it will be used eventually, and revising it to
correct the deficiencies found in the filed-testing stage. In more rigorous
programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate
that the product meets its behaviorally defined objectives.
Penelitian
Pendidikan dan pengembangan (R & D) adalah proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses
ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari
temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan,
mengembangkan produk berdasarkan temuan ini, bidang pengujian dalam pengaturan
di mana ia akan digunakan akhirnya , dan merevisinya untuk memperbaiki
kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian. Dalam program yang
lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang sampai bidang-data uji menunjukkan
bahwa produk tersebut memenuhi tujuan perilaku didefinisikan.
Seals dan
Richey (1994) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian
sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan
produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan
efektifitas. Sedangkan Plomp (1999) menambahkan kriteria “dapat menunjukkan
nilai tambah” selain ketiga kriteria tersebut.
Van den
Akker dan Plomp (1993) mendeskripsikan penelitian pengembangan berdasarkan dua
tujuan yakni
- Pengembangan prototipe produk
- Perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan evaluasi prototipe produk tersebut
Sedangkan
Richey dan Nelson (1996) membedakan penelitian pengembangan atas dua tipe
sebagai berikut.
- Tipe pertama difokuskan pada pendesaianan dan evaluasi atas produk atau program tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang proses pengembangan serta mempelajari kondisi yang mendukung bagi implementasi program tersebut.
- Tipe kedua dipusatkan pada pengkajian terhadap program pengembangan yang dilakukan sebelumnya. Tujuan tipe kedua ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang prosedur pendesainan dan evaluasi yang efektif.
Berdasarkan
pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan
adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi
produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Produk yang dihasilkan antara
lain: bahan pelatihan untuk guru, materi belajar, media, soal, dan sistem
pengelolaan dalam pembelajaran.
Ø Evaluasi
formatif
Evaluasi
Formatif melibatkan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan menggunakan
informasi ini sebagai dasar untuk pengembangan lebih lanjut. Metode Evaluasi
formatif tegantung pada teknis (isi) review dan tutorial, uji coba kelompok
kecil atau besar. Instrument pengumpulan data informal biasanya seperti lembaran
observasi, wawancara dan test pendek. evaluasi formatif membutuhkan
pertimbangan perhatian untuk menyeimbangkan penilaian kualitatif dan
kuantitatif.
Ø Aspek yang
dinilai dalam evaluasi pada penelitian pengembangan adalah kevalidan
produk, kepraktikalitas produk, dan kefektifan produk.
a. Kevalidan
produk/ validasi
Tahap validasi ini dimulai dengan analisis
pendahuluan dan penilaian para pakar yang ahli dibidang kajian yang sedang di
teliti, minimal ada tiga para ahli yang melakukan proses validasi terhadap
produk yang dikembangkan. Validasi bertujuan untuk mendapatkan masukan terhadap
keseluruhan tampilan dan sistematis dari produk yang dikembangkan. Dari hasil validasi
tersebut kemudian peneliti melakukan analisis. Bila hasil analisis belum valid, maka dilakukan revisi setelah itu
dilakukan uji coba terbatas pada subjek penelitian.
b. Kepraktikalitas
produk
Praktikalitas adalah tingkat keterpakaian
perangkat/produk dalam kegiatan pembelajaran, yaitu melaksanakan percobaan
terhadap produk yang telah dikembangkan yang telah direvisi berdasarkan
penilaian validator. Praktikalitas dilakukan oleh praktisi yaitu guru yang
bertujuan untuk mendapatkan penilaian, komentar dan saran mengenai pemahaman
praktisi terhadap produk yang dikembangkan. Produk yang dikembangkan memiliki
praktikalitas yang tinggi apabila bersifat praktis, artinya mudah digunakan dan mudah di operasikan.
c. Kefektifan
produk
Keefektifan adalah tingkat seberapa
efektif produk untuk digunakan nantinya. Kefektifan produk yang dikembangkan
dapat dilihat dari lembar observasi yang diberikan kepada guru dan siswa.
Kefektifan dapat diukur, apabila produk yang dikembangkan tidak membutuhkan
biaya yang banyak dalam memproduksinya, dan tidak dibutuhkan waktu yang lama
dalam memproduksi produk, serta seberapa bergunanya produk yang dikembangkan
dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Ø Tahap
evaluasi formatif :
1.
Self Evaluation
- Analisis
Tahap ini
merupakan langkah awal penelitian pengembangan. Peneliti dalam hal inin akan
melakukan analisis siswa, analisis kurikulum, dan analisis perangkat atau bahan
yang akan dikembangkan.
- Desain
Pada tahap
ini peneliti akan mendesain perangkat yang akan dikembangkan yang meliputi pendesainan
kisi-kisi, tujuan, dan metode yang akan di kembangkan. Kemudian hasil desain
yang telah diperoleh dapat di validasi teknik validasi yang telah ada seperti
dengan teknik triangulasi data yakni desain tersebut divalidasi oleh pakar (expert)
dan teman sejawat. Hasil pendesainan ini disebut sebagai prototipe
pertama.
2.
Prototyping
Hasil
pendesainan pada prototipe pertama yang dikembangkan atas dasar self
evaluation diberikan pada pakar (expert review) dan siswa (one-to-one)
secara paralel. Dari hasil keduanya dijadikan bahan revisi. Hasil revisi pada
prototipe pertama dinamakan dengan prototipe kedua.
- Expert Review
Pada tahap expert
review, produk yang telah didesain dicermati, dinilai dan dievaluasi oleh
pakar. Pakar-pakar tadi menelaah konten, konstruk, dan bahasa dari
masing-masing prototipe. Saran–saran para pakar digunakan untuk merevisi
perangkat yang dikembangkan. Pada tahap ini, tanggapan dan saran dari para
pakar (validator) tentang desain yang telah dibuat ditulis pada lembar validasi
sebagai bahan merevisi dan menyatakan bahwa apakah desain ini telah valid atau
tidak.
- One-to-one
Pada tahap one-to-one,
peneliti mengujicobakan desain yang telah dikembangkan kepada siswa/guru
yang menjadi tester. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk merevisi desain
yang telah dibuat.
- Small group
Hasil revisi
dari expert dan kesulitan yang dialami pada saat uji coba pada
prototipe pertama dijadikan dasar untuk merevisi prototipe tersebut dan
dinamakan prototipe kedua kemudian hasilnya diujicobakan pada small group.
Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk revisi sebelum diujicobakan pada
tahap field test. Hasil revisi soal berdasarkan saran/komentar siswa
pada small group dan hasil analisis butir soal ini dinamakan prototipe
ketiga.
3.
Field Test
Saran-saran
serta hasil ujicoba pada prototipe kedua dijadikan dasar untuk merevisi desain
prototipe kedua. Hasil revisi diujicobakan ke subjek penelitian dalam hal ini
sebagai uji lapangan atau field test.Produk yang telah
diujicobakan pada uji lapangan haruslah produk yang telah memenuhi
kriteria kualitas. Akker (1999) mengemukakan bahwa tiga kriteria kualitas adalah:
validitas, kepraktisan, dan efektivitas (memiliki efek potensial).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar