ANALISIS MODEL DESAIN
PEMBELAJARAN GERLACH DAN ELY
I. Pendahuluan
Pendidikan
adalah sebuah proses transformasi nilai budaya dari satu generasi kepada
generasi berikutnya. Dalam proses transformasi ini ada perpindahan nilai yang
dihantarkan oleh seorang kepada orang lain dalam situasi tertentu, untuk sebuah
tujuan. Pendidikan merupakan sebuah proses
kegiatan yang memerlukan suatu rancangan untuk menata kegiatan tersebut.
Semakin baik suatu rancangan kegiatan
maka semakin maksimal hasil yang akan dicapai. dalam proses pendidikan ada
nilai yang dihantarkan, nilai ini disebut dengan nilai pendidikan. Bila kita
pilih nilai yang tepat untuk dikemas dalam proses pendidikan maka kita akan
menuai hasil yang tepat pula di masa depan. Dan dalam proses pendidikan,
khususnya situasi yang mengiringi kegiatan pembelajaran,
yang merupakan suatu keadaan dimana proses pendidikan itu berlangsung. Maka rancangan yang baik
sangatlah menunjang berlangsungnya proses pendidikan secara efektif dan efisien
dan tepat sasaran.
Seorang
tenaga pendidik sebelum melakukan kegiatan pembelajaran sebaiknya terlebih
dahulu membuat rancangan pembelajaran. Dalam mengembangkan rancangan pembelajaran diharapkan guru menggunakan
salah satu model desain pembelajaran yang di anggap cocok untuk di kembangkan
sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
II. Pembahasan
A. Pengertian
model desain pembelajaran
Istilah
model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau
sistematis, serta mengandung pemikiran yang bersifat uraian atau penjelasan.
Uraian atau penjelasan menunjukkan bahwa suatu model desain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran
dibangun atas dasar teori- teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi,
komunikasi, sistem, dan sebagainya. Tentu saja semua mengacu pada bagaimana
penyelenggaan proses belajar dengan baik. Sebagai saran, disain pembelajaran
mengandung aspek bagaimana sebaiknya pembelajaran diselenggarakan atau
diciptakan melalui serangkaian prosedur serta penciptaan lingkungan belajar.
Selain itu, disain pembelajaran terdiri atas kegiatan- kegiatan yang perlu
dilaksanakan untuk suatu proses belajar.
Arend (1997) memilih istilah model pembelajaran didasarkan pada dua alasan
penting. Pertama, istilah
model memiliki makna yang lebih luas dari pada pendekatan, strategi, metode,
dan teknik. Kedua, model
dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan
tentang mengajar di kelas, atau praktik mengawasi anak-anak.
Atas dasar pendapat di atas, model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai
berikut. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur
sistematik (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan (pengalaman) belajar untuk
mencapai tujuan belajar (kompetensi belajar). Dengan kata lain, model
pembelajaran adalah rancangan kegiatan belajar agar pelaksanaan KBM dapat
berjalan dengan baik, menarik, mudah dipahami, dan sesuai dengan urutan yang
logis.
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan model sangat
dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi)
yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta
didik.
Jadi, model
pembelajaran merupakan suatu cara yang sistematis dalam mengidentifikasi,
mengembangkan, dan mengevaluasi seperangkat materi dan srategi yang diarahkan
untuk mencapai tujuan pendidikan. pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran (kompetensi
pembelajaran), dan pengelolaan kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat
Arend “The term teaching model refers to a particular aproach to instruction
that includes its goals, sintax, enviroment, and management system”. Artinya,
model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu,
termasuk tujuannya, langkah-langkahnya (syntax), lingkungannya, dan
sistem pengelolaannya.
B. Model Pengembangan
Gerlach dan Ely
Model
Gerlach dan Ely adalah sebuah model pembelajaran yang cocok digunakan untuk
segala kalangan termasuk untuk pendidikan tingkat tinggi, karena didalamnya
terdapat penentuan strategi yang cocok digunakan oleh peserta didik dalam
menerima materi yang akan disampaikan.
Model pembelajaran ini merupakan suatu metode perencanaan
pengajaran yang sistematis. Model ini juga
menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta
perjalanan pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses
belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap
komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang
satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat
dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.
Diantara
sekian banyak model pembelajaran yang dikembangkan, salah satunya adalah model
pembelajaran Gerlach dan Ely (1971). Menurut Rusman model ini cocok digunakan
di segala kalangan termasuk untuk pendidikan tingkat tinggi, sebab dalam model
ini :
1.
Terdapat penentuan strategi yang cocok digunakan oleh
peserta didik dalam menerima materi yang disampaikan.
2.
Menetapkan pemakaian teknologi pendidikan sebagai
media dalam penyampaian materi.
3.
Adanya upaya untuk menggambarkan secara grafis, suatu
metode perencanaan yang sistem.
4.
Merupakan suatu garis pedoman atau peta perjalanan
yang hendaknya digunakan sebagai checklist dalam membuat sebuah rencana
pembelajaran.
5.
Memperlihatkan keseluruhan PBM yang baik sekalipun
tidak menggambarkan perincian setiap komponen.
6.
Memperlihatkan
hubungan antara elemen yang satu elemen lainnya.
7.
Menyajikan
suatu pola urutan yang dapat dikembangkan ke dalam suatu rencana kegiatan
pembelajaran.
Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971)
dimaksudkan sebagai pedoman perencanaan mengajar. Pengembangan sistem
instruksional menurut model ini melibatkan sepuluh unsur seperti terlihat dalam
flow chart berikut ini
:
Gerlach
and Ely Design Model
C.
Unsur- Unsur Model Desain Gerlach dan
Ely
Beberapa unsur- unsur model desain
yang dikembangkan Gerlach dan Ely, yaitu:
a.
Merumuskan
Tujuan Pembelajaran ( Specification of Objectives)
Tujuan pembelajaran merupakan suatu target
yang ingin dicapai delam kegiatan pembelajaran. Dalam tujuan pembelajaran
merumuskan kemampuan apa yang harus dimiliki siswa pada tingkat jenjang
tertentu, sehingga setelah selesai pokok bahasan tertentu siswa dapat memiliki
kemapuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan harus bersifat jelas (tidak
abstrak dan tidak terlalu luas) dan oprasional agar muda diukur dan dinilai.
b. Menentukan Isi Materi (Specification
of Content)
Bahan /
materi pada dasarnya adalah “isi/konten” dari kurikulum, yakni berupa
pengalaman belajar dalam bentuk topic/subtopic dan rinciannya. Isi materi
berbeda-beda menurut bidang studi, sekolah, tingkatan dan kelasnya. Namun isi
materi harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
c. Penilaian
kemampuan awal siswa (Assessment of Entering Behaviors)
Kemampuan awal
siswa ditentukan dengan memberikan tes awal, hal ini penting bagi guru agar
dapat memberikan porsi pelajaran yang tepat, juga berguna untuk mengambil
langkah-langkah yang diperlukan dalam pembelajaran atau dalam penggunaan metode
pembelajaran.
d.
Menentukan Strategi
(Determination of Strategy)
Dalam tahap
ini pengajar harus menentukan cara yang dapat mencapai tujuan intruksional
dengan sebaik-baiknya. Menurut gerlach dan ely ada dua macam pendekatan, yaitu :
1.
Bentuk
ekspose (expository) yang lazim dipergunakan dalam kuliah-kuliah tradisional,
biasanya lebih bersifat komunikasi satu arah. Pada expository, pengajar lebih
besar perananya, Siswa
diharapkan bisa memproses informasi dari pengajar.
2.
Bentuk inquiry lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar
mengajar. Pengajar hanya menampilkan demontrasi. Siswa dianjurkan untuk
mengajukan hipotesis sebanyak-banyaknya serta pertanyaan kepada guru, tetapi
siswa dapat menemukan jawabannya sendiri.
e. Pengelompokan
Belajar (Organization of Groups)
Setelah menentukan
strategi, pengajar harus mulai merencanakan bagaimana kelompok belajar akan diatur. Pendekatan yang menghendaki kegiatan belajar
secara mandiri dan bebas (independent study) memerlukan pengorganisasian yang
berbeda dengan pendekatan yang memerlukan banyak diskusi dan partisipasi aktif
siswa dalam ruang yang kecil, untuk mendengarkan ceramah dalam ruang yang luas.
f. Pembagian Waktu
(Allocation Of Time)
Pemilihan strategi dan teknik untuk ukuran
kelompok yang berbeda-beda tersebut mau tidak mau akan memaksa pengajar
memikirkan penggunaan waktunya, yaitu apakah sebagian besar waktunya harus
dialokasikan untuk presentasi atau pemberian informasi, untuk pekerjaan
laboratorium secara individual, atau untuk diskusi. Mungkin keterbatasan
ruangan akan menuntut pengaturan yang berbeda pula karena harus dipecah ke
dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
g. Menentukan Ruangan
(Allocation of Space)
Alokasi
ruang ditentukan dengan menjawab apakah tujuan belajar dpat sipakai
secara lebih efektif dengan belajar secara mandiri dan bebas, berinteraksi
antar siswa atau mendengarkan penjelasan dan bertatap muka dengan pengajar. Ada
tiga alternative ruangan belajar, agar proses belajar mengajar dapat
terkondisikan, yaitu; ruangan kelompok besar, ruangan kelompok kecil dan
ruangan untuk belajar mandiri.
- Memilih Media (Allocation of Resources)
Pemilihan
media ditentukan menurut tanggapan siswa yang disepakati, sehingga fungsinya
tidak hanya sebagai stimulus rangsangan belajar siswa semata. Sebagai sumber
belajar model ini yaitu; manusia dan benda nyata, media visual proyeksi, media
audio, media cetak dan media display.
- Evaluasi Hasil Belajar (Evaluation of Permance)
Hakikat belajar adalah
perubahan tingkah laku pada akhir kegiatan pembelajaran. Semua usaha kegiatan pembelajaran
dapat dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah laku akhir belajar
tersebut. Instrumen evaluasi dikembangkan atas dasar rumusan tujuan dan harus
dapat mengukur keberhasilan siswa secara benar dan objektif.
Yang dievaluasi dalam
proses belajar mengajar sebenarnya bukan hanya siswa, tetapi justru sistem
pengajarannya. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar terdapat
rangkaian tes yang di mulai dari tes awal/ entering behavior untuk mengetahui
mutu atau isi pelajaran apa yang sudah diketahui oleh siswa dan apa yang belum,
terhadap rencana pelajaran yang akan di ajarkan. Entering behavior untuk
mengukur dan mengelompokkan ke dalam kelompok yang kurang, sedang, dan pandai.
f.
Menganalisis
Umpan Balik ( Analysis Of Feedback)
Umpan balik
merupakan tahap terakhir dari pengembangan system intruksional ini. Data umpan
balik diperoleh dari evaluasi, tes, observasi maupun tanggapan-tanggapan
tentang usaha-usaha intruksional ini menentukan apakah system, metode, maupun
media yang dipakai dalam kegiatan intruksional tersebut sudah sesuai untuk
tujuan yang ingin dicapai atau masih perlu disempurnakan.
D. Kelebihan Model Belajar Gerlach Dan Ely
Model Gerlach dan Ely mempunyai
perbedaan tersendiri dibanding dengan model pembelajaran yang lain.
Perbedaan yang paling kentara adalah diadakanya pretest (tes awal) sebelum
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dalam model Gerlach dan Ely, pretest
merupakan kelebihan tersendiri dari model Gerlach dan Ely yang telah dikenal
dan dikembangkan sejak 1971. Di samping itu, modelpembelajaran Gerlach dan Ely
sangat teliti sekali dalam melaksanakan dan merencanakan pembelajaran, terbuk
dengan adanya tahapan pengelompokan belajar, perhitungan pembagian waktu, serta
pengaturan ruangan belajar.
E. Kekurangan Model Belajar Gerlach Dan Ely
Model pembelajaran Gerlach dan Ely
memiliki sedikit kekurangan, di antaranya adalah tidak adanya tahapan
pengenalan karakteristik siswa sehingga sedikitnya akan membuat guru kewalahan
dalam menganalisis kebutuhan belajar siswa selama proses pembelajaran. Bahkan
mungkin lebih jauhnya akan membuat guru salah dalam memberikan dosis pelajaran
karena tidak mengenal latar belakang keluarga, psikologis, pendidikan, social,
serta budaya dari siswa tersebut.
F. Contoh konsep
Pengembangan
Contoh
Konsep pengembangan desain pembelajaran Gerlach dan Ely dalam PAI di sekolah
adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan
tujuan pembelajaran (specification of object)
Tujuan
pembelajaran agama disekolah sesuai dengan kurikulum, yaitu berupa pelajaran
tentang cara baca Alqur’an, cara berwudhu, sholat dan lain-lain.
2. Menentukan
isi materi (specification of content)
Isi materi
PAI berbeda-beda menurut tingkatan dan kelasnya, namun isi materi pembelajaran
harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Dalam menentukan isi materi
PAI harus diperhatikan batasan dan ruang lingkup materi karena berbeda menurut
kelompok dan tingkatan kelas.
3. Menurut
kemampuan awal/penilaian kemampuan awal siswa (Assesment of Entering
behaviors)
Tes awal
berfungsi untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal siswa dalam
pelajaran PAI, sebelum mendapat materi yang sudah disiapkan oleh seorang guru.
4. Menentukan teknik dan strategi (Determination
of strategy)
PAI dikaitkan
dengan kegiatan siswa atau siswi dikehidupannya sehari-hari. Masalah yang
membosankan dalam pembelajaran harus dihilangkan. Sebelumnya ditambah pelajaran
PAI yang jarang dipelajari di sekolah umum maka dalam mengajar PAI itu guru
menggunakan metode yang aktif, kreatif dan inovatif (active learning). Artinya guru tidak menggunakan metode
yang tepat untuk setiap materi, jangan disamaratakan setiap materi menggunakan
metode yang sama dan siswa diajak untuk melakukan kegiatan itu, siswa jangan
hanya mendengarkan cerita guru, hal itu akan membosankan peserta didik, apalagi
jika penampilan guru tidak menarik maka lengkaplah sudah bahwa mata pelajaran
PAI sangat membosankan, sehingga dengan desain ini diharapkan guru dapat
membuat siswa tertarik terhadap pelajaran PAI.
5. Pengelompokan
belajar (Organization of groups)
Membentuk
kelompok belajar yang menemukan sendiri sesuai dengan pengalaman masing-masing
sesuai dengan tugas materi yang ditetapkan kepada siswa dalam pelajaran PAI.
6. Menentukan
pembagian waktu (Allocation of times)
Alokasi
waktu harus ditentukan agar sebagian besar waktunya dapat dialokasikan untuk
presentasi atau pemberian informasi, untuk pekerjaan observasi di musium secara
individual, atau untuk diskusi dalam kelompok tentang materi pelajaran PAI.
7. Menentukan ruang (Allocation of space)
Dalam
pembelajaran PAI harus diberikan ruang agar dalam proses pembelajaran siswa
dapat berinteraksi dengan siswa lain dan juga dengan guru.
8. Memilih media instruksional yang sesuai
(Allocation of Resources)
Media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran PAI adalah:
a.
Audio (kaset audio, CD dll)
b.
Cetak (buku pelajaran, brosur, modul, leaflet, dan gambar)
c.
Proyeksi visual diam (OHP, film bingkai/slide)
d.
Audio visual gerak (film gerak bersuara, video, TV)
9. Mengevaluasi
hasil belajar (evaluation of performance)
Melakukan
evaluasi terhadap hasil belajar siswa baik berupa tes objektif maupun essay
yang berguna untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar PAI
di sekolah.
10. Menganalisis
umpan balik (analisys of feedback)
Melakukan
perbaikan terhadap proses pembelajaran PAI baik dari guru ataupun siswa/peserta
didik
G. Kesimpulan
Model pembelajaran
Gerlach dan Ely dikembangkan berdasarkan sepuluh unsure yaitu :
1.
Spesifikasi isi pokok
bahasan
2.
Spesifikasi tujuan
pembelajaran.
3.
Pengumpulan dan
penyaringan data tentang siswa.
4.
Penentuan cara
pendekatan, metode, dan tehnik mengajar.
5.
Pengelompokan siswa.
6.
Penyediaan waktu.
7.
Pengaturan ruangan.
8.
Pemilihan media/sumber
belajar.
9.
Evaluasi
10. Analisis umpan balik.
III.
Model Rancangan Perencanaan Pembelajaran Versi Penulis
Berdasarkan pertimbangan model
desain pembelajaran Gerlach dan Ely, mengembangkan komponen- komponen rancangan
dalam pembelajaran sebagai berikut :
|
|
|
|
|
Rancangan
yang penulis kembangkan mencakup komponen
diperlukan dalam melakukan perancangan pembelajaran yakni langkah –
langkah yang dibutuhkan untuk menjadikan
proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien serta meminimalisir
kesulitan- kesulitan dalam proses
pembelajaran.
Tujuan dari disain
pembelajaran yaitu membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien dan
mengurangi tingkat kesulitan pembelajaran (Morrison, Ross, dan Kemp, 2007).
Menurut Syaiful Sagala (2005:136)
adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan
secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas
pembelajaran. Mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran
harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam
kurikulum yang digunakan untuk tujuan pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran menekankan
pada gaya bagaimana menyampaikan materi yang meliputi: sifat, cakupan dan
prosedur kegiatan yang memberikan pengalaman (Vermon S. Gerlach dan Donald P.
Ely, 1980). Model desain instruksional yang dikembangkan Gerlach dan Ely sangat
cocok dijadikan sebagai pedoman untuk membuat perencanaan pembelajaran.
Daftar
Pustaka
Arends,
R. 1997. Classroom Instruction Management. New York: The Mc Graw-Hill
Company.
Gerlach, Vernon S. & Donald P. Ely. Teaching dan Media: A Systematic Approach. Second edition.
(Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1980
Prawiradilaga,
Dewi Salma. 2007. Prinsip- prinsip pembelajaran,
instructional design principle.Jakarta: Prenada Media
Pribadi
Deni A.2009.Model Design Sistem
Pembelajaran. Jakarta:Dian Rakyat
Rusman.2010. Model-model pembelajaran,Jakarta:
RajaGrafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar